AdalahMuhamad Husni Thamrin. Tokoh elit Betawi zaman kolonial yang memiliki kepedulian besar pada Jakarta. Pada penduduknya, pada lingkungannya, juga pada banjirnya yang datang tiap musim hujan. Tidak hanya pada Jakarta, Thamarin juga berjuang untuk Indonesia dan rakyatnya, yang kala itu disebut Inlander oleh kaum muka pucat.. Perjuangan Thmarin bukan SUMBANGANTOKOH-TOKOH BAHASA DAN PERSURATAN MELAYU. HASIL PEMBELAJARAN. Pada akhir unit ini anda dapat: sejarah Kepulauan Riau- Lingga (termasuk Singapura), Siak (Sumatera Timur), Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan dan Betawi awal abad ke-19. Gambaran yang cukup menarik dalam karya ini ialah tentang kehiduoan harian di Pulau Penyengat iaitu NurSutan Iskandar (lahir di Sungai Batang, Sumatera Barat, 3 November 1893 – meninggal di Jakarta,28 November 1975 pada umur 82 tahun) adalah sastrawan Angkatan Balai Pustaka. Nur Sutan Iskandar memiliki nama asli Muhammad Nur. Seperti umumnya lelaki Minangkabau lainnya Muhammad Nur mendapat gelar ketika menikah. Tokohtokoh pelukis yang mempelopori gerakan pop itu antara lain Tom Wesselmann dan Roy Lichtenstein di Amerika, dan R.B. Kitaj di Inggris. Pop dan populer tidak sepenuhnya sama, gerakan yang berasal dari seni rupa itu lambat laun dihubungkan dengan perkataan populer yang sudah lama dipakai dalam mengartikan lagu-lagu hiburan. Nusantaradan digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran. Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara. Selainperjuangan untuk memberangus KKN dan menegakkan nilai-nilai demokrasi serta HAM, tidak kalah pentingnya yaitu menggalang kekuatan guna menghadapi persaingan ekonomi global, destruksi budaya dan moral generasi, intervensi kedaulatan bangsa, serta reposisi Indonesia di tengah-tengah realitas ekonomi dan politik internasional. PZ3Cebf. Sabtu, 22 Juni 2019 1103 HUT Jakarta Benyamin Sueb kiri. Foto BETAWI merupakan salah satu suku yang mayoritas tinggal di Ibu Kota Jakarta. Suku ini merupakan penduduk yang bermukim dari abad ke-17 di Jakarta yang kala itu bernama Batavia. Suku Betawi cukup unik dibanding dengan suku-suku lain Indonesia. Mereka merupakan perpaduan dari berbagai kelompok etnis dan bangsa lain. Seperti Sunda, Jawa, Melayu, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, hingga Arab, Tionghoa, dan India. Meski bukan suku mayoritas di ibu kota, Betawi memilik banyak tokoh terkenal baik di daerahnya maupun dalam lingkup nasional. Berikut sebagian kecil tokoh Betawi terkenal yang harus kamu tahu. 1. Muhammad Husni Thamrin Wali Kota Jakarta Pusat beserta jajarannya saat berziarah ke makam MH Thamrin. Foto Namanya mungkin terdengan sangat familiar. Namanya diabadikan sebagai salah satu jalan protokol di Jakarta. Ia merupakan pahlawan nasional yang dikenal sebagai pembela rakyat jelata khususnya warga Betawi yang terpinggirkan di masa kolonial. Ayah Thamrin merupakan seorang Belanda sedangkan ibunya Betawi. Ia lahir dan meninggal di Batavia, Hindia Belanda, 16 February 1894 - 11 Januari 1941 Batavia. 2. Benyamin Sueb Benyamin Sueb. Foto Tak lengkap kalau menyebut tokoh Betawi tanpa menyertakan Benyamin Sueb. Benyamin merupakan tokoh Betawi dalam dunia hiburan tanah air khususnya di Ibu Kota. Ia lahir di Batavia, 5 Maret 1939 dan meninggal di Jakarta, 5 September 1995. Ia dikenal sangat multitalenta, selain sebagai dikenal sebagai pemeran, ia juga pelawak, sutradara dan penyanyi. 3. Ismail Marzuki Ismail Marzuki. Foto malangtoday Namanya diabadikan sebagai suatu pusat seni di Jakarta, Taman Ismail Marzuki TIM. Ismail Marzuki merupakan Pahlawan Nasional kelahiran Batavia, 11 Mei 1914 dam meninggal di Jakarta, 25 Mei 1958. Ia dikenal sebagai komponis besar tanah air. Lagu ciptaan karyanya yang paling populer adalah Rayuan Pulau Kelapa. 4. Zainuddin MZ Zainuddin MZ. Foto KH Zainuddin MZ dikenal sebagai "Dai Sejuta Umat". Pengetahuan agama luas dan kepiawaiannya dalam ceramah membuatnya dicintai banyak orang. Ia lahir dari keluarga asli Betawi pasangan Turmudzi dan Zainabun. 5. Tuty Alawiyah Tutu Alawiyah. Foto Tuty Alawiyah lahir di Jakarta, 30 Maret 1942 – meninggal di Jakarta, 4 Mei 2016. Ia merupakan tokoh perempuan Betawi yang pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dua masa, Presiden Soeharto dan Presiden BJ Habibie. Tuty Alawiyah juga pernah menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat dari tahun 1992 hingga 2004. * Baca juga berita lainnya dalam artikel Festival Pecinan 2019, Padukan Budaya Tionghoa dan Betawi Berita Lainnya Berikut Cara dan Syarat Masuk Ancol Gratis Selama HUT ke-496 DKI Jakarta Heru Budi Imbau Mal Tampilkan Logo HUT Jakarta dan KTT ASEAN Hadiri Perayaan Lebaran Betawi, Heru Budi Singgung Jakarta Jadi Kota Bisnis Global Budayawan Ridwan Saidi Meninggal 2 Bamus Betawi Bersatu jadi Majelis Amanah Persatuan Kaum Betawi Tag HUT Jakarta Suku Betawi Tokoh Nasional Fun Sabtu, 05 November 2022 0703 LAINNYA DARI MERAH PUTIH Travel Sabtu, 21 Januari 2023 2102 Fun Jumat, 29 Juli 2022 1704 Fun Jumat, 31 Maret 2023 1701 Fun Kamis, 27 Oktober 2022 1304 Fun Rabu, 22 Juni 2022 1431 Fun Kamis, 23 Februari 2023 1701 ShowBiz Rabu, 18 Januari 2023 1530 Fun Selasa, 14 Maret 2023 0833 Fun Selasa, 28 Maret 2023 0803 LAINNYA DARI MERAH PUTIH Travel Sabtu, 21 Januari 2023 2102 Fun Jumat, 29 Juli 2022 1704 Fun Jumat, 31 Maret 2023 1701 Fun Kamis, 27 Oktober 2022 1304 Fun Rabu, 22 Juni 2022 1431 Fun Kamis, 23 Februari 2023 1701 ShowBiz Rabu, 18 Januari 2023 1530 Fun Selasa, 14 Maret 2023 0833 Fun Selasa, 28 Maret 2023 0803 rahma1038 rahma1038 Beyamin sueb,ismail marzuki,muhammad husni thamrin Iklan Iklan 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID JtHY_9plmisSX7hzWltZ0zd-hKa4pYEQBrr1Gbbka8Yb8r5-qSA0KA== 0% found this document useful 0 votes9K views20 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes9K views20 pagesArtikel Tentang 6 Tokoh BetawiJump to Page You are on page 1of 20 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 18 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Tokoh- Tokoh Ulama Betawi dalam Revolusi Kemerdekaan – Faktor penentu Islam dan Betawi memiliki keterkaitan yang kuat tak lain karena kecintaan dan ketaatan masyarakat Betawo terhadap ajarannya. Di sisi lain, kecintaan dan ketaatan itu tak lepas dari peran ulama. Keberadaan ulama sangat strategis sebagaimana masyarakat Betawi selalu mengangungkan keberadaan figur spiritual. Semua kegiatan keagamaan di Jakarta berporos pada figur ulama dan masjid. Dalam sejarahnya, di sekitar kota Batavia terdapat beberapa kegiatan keagamaan, seperti di Jembatan Lima, Pekojan, dan Angke. Di Pekojan misalnya, terdapat masjid Al-Nawier yang didirikan oleh seorang dari Hadlramaut bermarga Alaydrus, pada masjid tersebut ada jejak kedatangan seorang ulama bernama Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Berikut beberapa profil sekilas tokoh – tokoh ulama Betawi dalam revolusi kemerdekaan Indonesia. KH. Noer Ali KH. Noer Ali Bin H. Anwar bin H. Layu lahir pada tahun 1914 di Ujung Malang, Bekasi. Sejak kecil, bakat kepemimpinan KH. Noer Ali sangat mencolok, yakni memperlihatkan karakter kepemimpinan dan tak mau kalah. KH. Noer Ali kecil belajar agama pada ayahnya, Guru Maksum dan Guru Mughni. KH. Noer Ali sempat mengemban ilmu di Saudi Arabia, dan setelah ia merasa cukup ilmu, akhirnya pulang ke Tanah Air. Kepulangan KH. Noer Ali pada awal Januari tahun 1940 telah menjadi duri dalam daging bagi tuan tanah dan pemerintah Hindia Belanda karena kemampuannya mengorganisir massa. Beliau mendirikan pesantren, dan kemudian menggkoordinir pembangunan akses jalan secara besar–besaran antara kampung Ujung Malang, Teluk Pucung, dan Pondok Ungu yang dilakukan secara sukarela dan terselesaikan pada tahun 1941. Dalam mempertahankan kemerdekaan, ia menjadi Ketua Laskar Rakyat Bekasi, selanjutnya menjadi Komandan Batalyon III Hisbullah Bekasi. Gelar kiai haji sendiri beliau dapatkan dari bung Tomo yang dalam pidatonya melalui pemancar Radio Surabaya atau Radio Pemberontaknya berkali-kali menyebut nama KH. Noer Ali, akhirnya gelar guru pun tergeser dan berganti dengan makna yang sama, Kiai Haji Guru Mansur Salah satu tokoh ulama Betawi aktif dalam perjuangan kemerdekaan adalah Guru Mansur yang tinggal di kawasan Jembatan Lima. Beliau memiliki nama lengkap Muhammad Mansur bin Imam Abdul Hamid bin Imam Muhammad Damiri bin Imam Habib bin Abdul Mukhit alias Pangeran Tjokrodjojo Cakrajaya Tumenggung Mataram. Dari silsilah ini menunjukkan asalnya dari kawasan Mataram, dimana Pangeran Cakrajaya disebutkan sebagai seorang pejuang melawan VOC diera abad ke-18. Nasab Pangeran Cakrajaya sendiri kemudian berujung kepada Sunan Giri bin Maulana Ishaq. Dengan demikian, silsilah nasabnya menunjukkan latar belakang Guru Mansur sebagai penerus perjuangan para ulama terdahulu yang anti kolonialisme. Guru Mansur adalah penganjur dan pendukung kemerdekaan menyerukan agar bangsa Indonesia memasang atau mengibarkan bendera merah putih. Beliau menyerukan persatuan umat dengan slogannya yang terkenal, rempuk! Yang artinya musyawarah perkataan ini kemungkinan besar maksudnya sama dengan rembuk. Beliau menuntut agar hari Jum’at dinyatakan sebagai hari libur bagi umat Islam. Pada tahun 1948 tatkala kota Jakarta berada dalam kekuasaan de facto Belanda, Guru Mansur sering berurusan dengan Hoofd Bureau kepolisian di Gambir karena beliau memasang bendera merah putih di menara masjid Kampung Sawah. Meskipun di bawah ancaman bedil NICA/Belanda, Guru Mansur tetap mempertahankan Sang Saka Merah Putih yang berkibar di menara masjid. Akibatnya menara mesjid ditembaki oleh pasukan belanda, yang sisa-sisa bekas pelurunya masih menjadi saksi bisu di menara masjid al Mansuriyah. Guru Amin Kiai Raden Haji Muhammad Amin atau Guru Amin 1901-1965 adalah salah seorang ulama betawi yang juga terlibat dalam perjuangan kemerdekaan. Nasabnya yang berujung kepada Pangeran Sanghiang Jatinegara Kaum, menunjukkan rekam jejak leluhurnya sebagai bangsawan Jayakarta yang terus menerus melakukan perlawanan sejak kedatangan belanda ke tanah Betawi. Di masa revolusi kemerdekaan, Guru Amin adalah salah-satu ulama yang ikut berjuang melawan belanda. Ia memimpin santrinya dalam pertempuran melawan belanda di Kalibata, sehingga Guru Amin menjadi salah-satu target penangkapan tentara belanda. Bahkan beberapa kali rumah Guru Amin dan keluarga Guru Amin didatangi belanda, sehingga Guru Amin akhirnya melarikan diri ke Cikampek dengan menyamar sebagai tukang beras. Di Cikampek, bersama para santrinya ia juga memimpin pertempuran melawan belanda di beberapa front. Setelah belanda angkat kaki, Guru Amin berkhikmad di organisasi Nahdlatul Ulama dan Partai Masyumi. Guru Amin adalah orang yang berhasil mengorganisir keberadaan penghulu agama di Jakarta, bekasi, tangerang dan karawang atas perintah menteri agama, KH. Masykur. KH. Rahmatullah Shidiq Rahmatullah Shidiq Bin Muhammad Shiddiq bin H. Daud bin ismail dilahirkan pada 12 November 1923 dari pasangan H. Muhammad Shidiq yang lebih dikenal dengan Guru Shidiq dengan Hj. Rohimah. Sejak kecil Rahmatullah sudah dididik bekerja keras karena pada zaman penjajahan Belanda menuntut anak di bawah umur harus bekerja membantu orang tua mencan nafkah. Rahmatullah menjajakan kue keliling kampung dan setelah itu belajar al-Qur’an di rumah kakeknya, H. Daud bin Ismail yang dikenal dengan Guru Daud. Dalam perjalanan hidupnya, Shidiq berdakwah dan mengajar di Masjid Jami AlFalah Kampung Baru Jakarta Barat yang telah diresmikan oleh H. Muhammad Natsir Ketua Masyumi pada tahun masjid inilah Shidiq mengajar tafsir dan mengajar Juga di beberapa masjid lainnya sehingga menjadi guru tetap di bidang tafsir di Masjid Istiqlal dan Perguruan As-Syafi’ la diangkat menjadi Imam di Masjid Baiturrahim di lingkungan Istana. Rahmatullah Shidiq di samping sebagai pengajar Juga seorang pejuang dan Shidiq bertemu dengan Ali ketika membantu Tentara Keamanan Rakyat TKR dalam mempelancar distribusi keperluan logistic, khususnya di wilayah Rengas Dengklok Karawang, Bekasi dan Jakarta. KH. Hasbiyallah Nama Lengkapnya KH. Hasbiyallah bin H. Mu`allim Ghayar bin H. Abdurrahim bin Ali Basa bin Jamaluddin. Mengenai tanggal kelahirannya, tidak ada keterangan yang pula dengan tahun kelahirannya, Ada data yang menyatakan tahun 1913 namun ada pula data yang menyatakan tahun 1914. Hasbiyallah merupakan sosok yang sangat peduli dengan dunia mendirikan majelis taklim dan perguruan Al-Wathoniyah yang sekarang telah memiliki 61 cabang yang didirikan oleh murid-muridnya. Ia juga memiliki karya tulis yang berjudul Risalah Kaifiyah Sembahyang Tarawih dan Sholat Al-`Aidain. Sebagai seorang ulama, ia tidak hanya disibukkan membaca kitab, tetapi juga merupakan sosok yang peduli kepada persoalan masyarakat dan bangsanya. Saat terjadi agresi militer Belanda Kedua, bersama dengan dua rekannya yang lain, H. Darip dan KH. Achmad Mursyidi, ia turut berjuang di front terdepan dan dikenal sebagai ―tiga serangkai‖ dari Klender. Semasa kemerdekaan, Hasbiyallah berjuang mempertahankan Indonesia dari Belanda dan bergabung dengan ulama terkemuka dengan pasukan gerilya dan bergerilya ke hutan dengan para laskar mengusir pasukan Belanda

tokoh betawi terkenal dengan syair perjuangan